Ujian Merupakan Keharusan Bagi Mukmin

ImageUjian dan Cobaan sepertinya tidak bisa lepas dari fitrah manusia, karena dengan ujian itulah hidup kita selaku hambaNYA akan semakin berkualitas dan juga akan bertambah baik. Dan sebaliknya, jika hidup ini selalu dalam keadaan baik terus, tanpa ada satu halangan dan rintangan, tentu manusia tidak mengetahui tingkat kebaikan atau kualitas yang ada pada dirinya. 

Kita selaku orang yang beriman kepada Allah SWT, tentu sudah sangat lumrah jika kita mendapat ujian dan cobaan, sebab dengan adanya ujian tersebut, kadar keimanan seseorang akan terlihat, sejauh manakah kesabaran dan ketabahan kita, sekuat manakah keimanan dan keyakinan kita akan karunia dan pertolongan yang akan Allah berikan kepada kita disaat kita ditimpa ujian maupun cobaan.
Allah SWT berirman dalam Al Quran:
 
 

 

أحسب الناس أن يتركوا أن يقولوا آمنا وهم لايفتنون # ولقد فتنا الذين من قبلهم فليعلمن الله الذين صدقوا وليعلمن الكاذبين # أم حسب الذين يعملون السيئات أن يسبقونا ساء ما يحكمون 

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami Telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?  Dan Sesungguhnya kami Telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya dia mengetahui orang-orang yang dusta.  Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput (dari azab) Kami? Amatlah buruk apa yang mereka tetapkan itu.”
 
Ayat tersebut menerangkan kepada kita semua, bagi siapapun orangnya yang telah mengaku beriman kepada Allah SWT beserta RasulNya, tentu Allah SWT akan menguji mereka dengan ujian yang akan meneguhkan keimanannya. Jika mereka kuat dengan ujian serta cobaan tersebut, berarti dia telah benar-benar beriman kepada Allah SWT dan baginya pahala yang melimpah, surga tempat kembalinya. Namun, ternyata tidak sedikit dari mereka yang awalnya beriman, tetapi dengan datangnya ujian tersebut mereka berpaling dari Allah SWT, mereka berpaling dari kebenaran, terbukti bahwa iman mereka lemah, cahaya keimanan hanya sekedar dalam lisan tidak sampai kehati mereka yang munafiq. 
 
Dalam kitabul iman, mustadrok ‘ala shohihain dikatakan:
 
 

 

يا رسول الله ، من أشد الناس بلاء ؟ قال : ” الأنبياء ” قال : ثم من ؟ قال : ” العلماء ” قال : ثم من ؟ قال : ” ثم الصالحون……
 

 

Suatu ketika Rasulullah SAW ditanya oleh salah seorang sahabat, yaitu Abu Sa’id Al Khudhri:
Wahai Rasulullah SAW, siapakah orang yang paling berat mendapat ujian? Rasulullah SAW menjawab: “Para Nabi” lalu siapa lagi? Rasulullah SAW menjawab: “para ulama” lalu siapa lagi ya Rasulallah? “kemudian orang-orang yang sholeh…. (Sampai akhir hadits)”
 
Hadist inipun menerangkan kepada kita bahwasanya ujian dan cobaan itu bukan hanya untuk kita orang-orang awam semata, namun bahkan orang yang paling berat ujian dan cobaannya seperti dikatakan dalam hadits tersebut adalah para nabi dan rasul. Silahkan buka kisah-kisah nabi dan rosul, mereka ternyata benar-benar mendapatkan ujian yang maha dasyat, lebih dari ujian maupun cobaan yang kita rasakan.
 
Nabi Ibrahim As, mendapat ujian dari kaumnya dengan dibakar dalam api yang menyala-nyala hingga akhirnya pertolongan Allah SWT datang karena kekuatan iman dan ketabahannya. Allah berfirman dalam Al Quran:
 
 

 

قلنا يانار كوني بردا وسلاما على ابراهيم
 

 

“Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”,(Al Anbiya 69)
 
Begitu juga dengan apa yang telah dihadapi dan dirasakan oleh para nabi dan rasul lainnya. Nabi Ayyub As beliau menderita sakit yang sangat parah, bahkan tak seorangpun berani mendekatnya tak terkecuali istrinya yang telah termakan rayu syaitan, beliau merasakan sakit yang sedemikian parah selam kurang lebih 18 tahun, dan beliau kuat sekaligus tabah menghadapinya. Lalu bagaimana dengan kita yang sakit sebentar lalu mengeluh bahkan melaknat semua orang?
 
Hadits diatas juga menerangkan siapa lagi orang yang mendapatkan ujian yang terberat setelah para nabi dan rasul, Beliau Rasulullah SAW mengabarkan bahwa para ulama, kemudian orang-orang yang sholehlah yang mendapat cobaan dan ujian terberat setelah nabi dan rasul. Mereka mendapat cobaan baik dari orang-orang sekitar yang tidak senang dengan mereka, baik kalangan masyarakat maupun pemerintahan. Banyak dari mereka disiksa bahkan dibunuh, namun mereka tetap teguh dan sabar atas apa yang telah dihadapi. Sebagai contoh, ulama besar Imam Ahmad ibn Hambali, beliau disiksa, dipenjara dan dianiaya lantaran pendirian beliau bahwa Al Quran adalah kalamullah bukan makhluq. Subhanallah…
 
Lalu pertanyaannya, ujian yang kita rasakan selama ini ditingkatan yang keberapa? Jika kita bukanlah dari golongan orang-orang yang sholeh, maupun para ulama-ulama muslim, apalagi para nabi, kenapa kita masih selalu mengeluh dan pasrah dengan keadaan disetiap kita ditimpa musibah, atau mendapat cobaan dan lainnya? Kenapa kita tidak sadar bahwa ujian adalah ajang untuk membuktikan kadar kualitas keimanan kita. Sejauh mana keyakinan kita akan pertolongan Allah SWT, seberapa yakinnya kita dengan ayat al Quran yang menyatakan:
 
 

 

 
فإن مع العسر يسرا # إن مع العسر يسرا

“Karena Sesungguhnya BERSAMA dengan kesulitan itu ada kemudahan, # Sesungguhnya BERSAMA dengan kesulitan itu ada kemudahan,”
 
 

 

 
لا يكلف الله نفسا إلا وسعها

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya”.
Ikhwah, Allah SWT memberi ujian kepada kita, bukan berarti Dia tidak sayang dengan kita, akan tetapi dengan adanya ujian itulah iman kita akan bertambah kuat, oleh karenanya kita dianjurkan untuk senantiasa bersabar, tidak mudah menyerah dan selalu bertawakal hanya kepadaNYA. Yakinlah bahwa Allah tidak akan memberikan ujian dimana kita tidak sanggup memikulnya, yakinlah bahwa BERSAMAAN dengan kesulitan itu pasti dan tentu ada kemudahan.
Dalam hadits yang diriwayatkan Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda.
 
 

 

إن عظم الجزاء مع عظم البلاء، وإن الله إذا أحب قوماً ابتلاهم، فمن رضي فله الرضا، ومن سخط فله السخط 

 

 
 

 

 
“Sesungguhnya besarnya pahala seseorang itu tergantung besarnya ujian yang ia terima, dan sesungguhnya Allah SWT apabila mencintai sebuah kaum, maka kaum tersebut akan diuji oleh Allah SWT, barangsiapa yang ridho dengan ujian serta cobaan tersebut, maka baginya pahala yang besar disisi Allah, akan tetapi jika dia marah atau benci (tidak ridho) dengan ujian tersebut, maka dia hanya akan mendapat murka dari Allah SWT.

 

Semoga, dengan ujian dan cobaan itu membuat kita kembali pada Allah, sabar dan tabah dengan menerima apa yang telah ditakdirkan, menyadari kesalahan-kesalahan kita dan taubat dengan segala dosa-doa, Kemudian kita memperbaharui segala perbuatannya agar senantiasa mendapat ridha Allah SWT. Amin.

 
———————————
Ditulis oleh Ustadz Abu Syauqie al Mujaddid (Dewan Pembina Solusi Islam)
Artikel : www.solusiislam.com

  1. Leave a comment

Leave a comment